Rumah Tak Berkunci

Rumah Tak Berkunci

@miakamiya

mk-4/2022

Aku terjaga tepat pukul 2 dini hari. Bukan karena mimpi seram atau bertemu idola, namun mimpi absurd yang menjawab keresahanku selama beberapa tahun belakangan. Seperti alam bawah sadarku yang ingin memberitahu bahwa setiap keresahan, kecemasan, ketakutan yang kualami, diri sendiri jugalah yang tahu penyembuhannya.

Mimpi itu masih teringat jelas hingga saat ini. Aku duduk di kursi penumpang pada kendaraan roda dua yang mengantarkanku ke sebuah rumah, menyusuri deretan pohon-pohon besar dan kokoh. 

Ketika sampai di halaman rumah asing itu, sang pengemudi berkata, “Rumah itu tidak ada kuncinya.” Ia lalu sengaja menabrakkan kendaraannya ke pagar besi yang juga tidak memiliki kunci. Bunyi berdentang barusan dipakai olehnya sebagai “ketukan” agar si empunya rumah keluar.

Seorang wanita berkerudung keluar rumah. Wajahnya bersih dan teduh, senyumnya berwibawa, lalu ia berjalan menghampiriku dan bertanya dengan suaranya yang tak kalah berkarisma.

“Apa yang kaucari di sini?” Sebuah pertanyaan ganjil dan lekas kujawab tak kalah ganjil. “Aku mencari ketenangan,” kataku.

Aku tidak percaya dengan jawabanku sendiri. Namun, tatapanku begitu pasrah dan payah.

Itulah jawaban paling jujur yang pernah kusampaikan dalam hidupku. Wanita paruh baya itu tersenyum. Wajahnya memiliki karisma yang sama dengan guru mengajiku saat belajar di surau dulu.

“Apa yang membuatmu tidak tenang?”

Pertanyaannya membuatku kembali mengingat semua peristiwa yang pernah kualami. Cemas, takut, kecewa, pahit, kosong, hingga mati rasa.

Seakan tahu apa yang kupikirkan, ia kembali bertanya, “Apa kauyakin apa yang kaucari ada di sini?” Aku menatap matanya dalam.

 22/9/2021

More Posts from Malamkontemplasi and Others

4 years ago

Kangen

Kangen

@miakamiya

Belakangan ini rindu banget pengin ketemu teman-teman lama. Bagaimana keadaan mereka? Apa enggak pernah terbersit dalam benak mereka untuk sekadar bertanya kabar saja? Ketika kangen, pasti orang kirim teks ke mereka yang dikangenin. Tapi mereka enggak. Setelah melihat mereka menikah, seperti kehilangan teman jalan, teman curhat, teman gosip, teman otaku, teman ngaji. 

Kebanyakan alasannya sibuk mengurus suami dan anak. Okelah anak, tapi suami? manusia dewasa itu tidak bisa mengurus dirinya sendiri? Yah, begitulah mayoritas masyarakat, kalau laki-laki tidak bisa masak, tidak bisa setrika baju atau mencuci piring makannya sendiri, dianggap lumrah. Tapi, kalau wanita? jangan ditanya, bakal di-julid-in deh sama emak-emak--sesama perempuan, yang harusnya mengerti, kalau wanita bisa menjadi wanita karier, seorang ibu, seorang istri, maka sepatutnya laki-laki pun bisa berperan ganda.

Anw, balik lagi ke rasa kangen itu. Ada kalanya ketika sudah punya rasa kangen, sudah membayangkan buat ketemuan, melihat kayak apa mereka sekarang. Apa yang sudah mereka lalui tanpa kita di sampingnya. Membayangkan keseruan ngobrol nantinya. Cerita-cerita masa lalu, ketawa-ketiwi ingat zaman masih polos, enggak ada beban, dan tema ngobrolnya enggak jauh-jauh dari kesukaan yang sama, komik, novel, film, games, banyak lagi deh.

Apa mereka sudah lupa itu semua? Kenapa cuma gw yang masih tertinggal sama ingatan itu, sedangkan mereka sudah berlari meninggalkan gw di belakang. Logika menyuruh untuk berdamai dengan masa lalu--maju ke depan. Tapi, kaki rasanya masih berat. Semua kenangan itu terlalu berharga buat dilupakan. Enggak ngerti kenapa mereka dengan mudahnya membelakangi dan kemudian berlari dari semua itu.

Seperti ditinggalkan dalam kota yang terus berubah. Cuma bisa melihat dari kejauhan, orang-orang yang berlalu-lalang--datang dan pergi. Lalu diberitahu oleh musim sudah bergonta-ganti, bahwa semuanya memang sudah berakhir. Aku mengemasi kenangan penuh warna ke dalam koper masa lalu dan mengucapkan selamat tinggal pada orang-orang yang dulu telah memberikan arti persahabatan dan petualangan.

Kadang merasa kosong, makin enggak suka keramaian, makin tenggelam dengan kesendirian. Kadang menenangkan, tapi sering juga kesepian. At least, mereka bahagia. Melihat teman-teman dekat sudah menjalani kehidupannya, cuma bisa bersyukur, mereka dijaga sama pasangan yang baik.


Tags
4 years ago

Anak Laki-Laki di Dasar Kolam

@miakamiya

“Shameless!” “Fool!” Kedua kata itu terdengar ketika kuterbangun dari tidur. Entah alam bawah sadarku yang meneriakkannya atau karena hal lain. Tubuhku terasa berat setelah dibangun paksa oleh suara itu. Samar-samar kuingat kembali mimpi dengan suara barusan. Namun, aku malah teringat kejadian sepuluh tahun lalu, saat diriku begitu polos, menuruti semua dikte orang lain. Anak rajin yang periang. Semua kenormalan anak kecil: periang, rajin dan polos itu, mantap membuat orang dewasa di sekelilingmu berpikir bahwa kaubaik-baik saja. Tak ada yang salah padamu. Tak ada yang salah pada lingkungan sekitarmu. Hingga menjadi anak kecil membuat argumentasimu tidak didengar, hanya manusia minor yang otaknya belum sempurna betul. Tahu apa jika seseorang belum bekerja dan punya penghasilan. Mereka hanya dianggap anak kecil. Tidak lebih, tidak kurang.

Kubuka jendela kamarku. Matahari masih belum muncul, tapi aku segera bergegas pergi bekerja. Ya, ke tempat orang dewasa berkumpul. Aku menjadi bagian dari masyarakat yang normal dan layaknya orang dewasa pada umumnya. Setelah aku menyerap dan menganalisis perilaku orang-orang di sekelilingku, gaya bicara, gaya berpakaian, dan perilaku, supaya mereka mengira bahwa lawan bicaranya adalah sesama orang dewasa, dan tidak curiga padaku. Karena, orang “dewasa” berbicara pada orang yang memiliki gelar, kekayaan, membentuk perkumpulan konyol mereka. Jiwaku yang terperangkap tubuh orang dewasa ini, lebih banyak tidak mendengar ucapan-ucapan yang mereka lontarkan padaku.

Aku teringat pada Pangeran Kecil yang pernah berkata bahwa ia menceritakan semua detail mengenai Asteroid B612 ini sampai menyebut nomornya, gara-gara orang dewasa. Orang dewasa menyukai angka-angka. Jika kalian bercerita teman baru, mereka tidak pernah menanyakan hal-hal yang penting. Mereka tidak pernah bertanya, “Bagaimana nada suaranya? Permainan apa yang paling disukainya? Apakah ia mengoleksi kupu-kupu?” Mereka bertanya, “Berapa umurnya? Berapa saudaranya? Berapa berat badannya? Berapa gaji ayahnya?” Hanya demikianlah mereka mengira dapat mengenalnya[1].

Sambil kumenunggu bus tiba, aku selalu menyematkan handsfree di kedua telingaku agar tidak mendengar obrolan menjemukan dari orang dewasa yang berlalu-lalang di sekelilingku atau pura-pura tidak mendengar ketika rekan kerjaku yang kebetulan melihatku dari jauh. Namun, entah kenapa, dari samping halte bus, mataku tidak bisa mengalihkan pandangan.

Aku melihat anak kecil berjongkok, kepalanya tertunduk. Ia berada di dasar kolam dipenuhi air berwarna biru. Tidak ada yang bertanya padanya, “Apa kaubaik-baik saja?” Tidak ada satupun yang mau mengulurkan tangannya untuk anak laki-laki itu, meskipun kolam itu berada di tengah kota yang sibuk. Sesosok anak laki-laki tanpa nama, begitu kata mereka. Ia hanya lelah pada sekelilingnya hingga ia berlari sekencang mungkin. Ia memohon agar semua itu hanya mimpi dan menyesalkan mengapa hal itu terus berulang. Dari mana awal mulanya kebiasaan itu muncul? Bagaimana mengakhirinya? Adalah sesuatu yang harus ia temukan jawabannya segera. Namun, akhirnya ia lelah berlari menjauh hingga ia kembali lagi pada titik nadir itu. Ia menyerah dan memutuskan untuk mendiami kolam itu.

Tubuhnya kecil, wajahnya pucat, warna kulitnya pun putih pucat. Bila tangannya digenggam paksa maka urat nadinya akan langsung tampak kemerah-merahan, membiru jika terlalu lama dicengkeram. Seringkih itukah ia? Anak laki-laki tanpa nama itu, seakan bermata biru langit malam. Begitu melihatnya kauakan tenggelam, betapa magis tatapannya. Wajahnya begitu dingin, namun seperti membutuhkan sebuah pelukan hangat. Maaf, aku tidak bisa menolongmu karena aku pun butuh pertolongan, pikirku. Aku bergerak menjauh dari sisi kolam. Membiarkannya kembali tertunduk di dasar kolam. Sejenak aku terhenti. Membayangkan bagaimana jika tak ada satu pun orang yang repot-repot menjemputnya paksa untuk keluar dari kolam? Dapatkah ia bertahan di tengah membekunya suhu air di bawah sana? Jika bukan aku, apakah ia... akan... mati?

Seratus dua ratus meter dari bibir kolam. Aku tetap melanjutkan perjalananku yang melelahkan tanpa tahu akhirnya akan bagaimana. Berusaha menjadi orang yang tidak melihat kejadian barusan. Aku menyadari, apa bedanya yang kulakukan tadi dengan orang dewasa yang selama ini kubenci? Aku tertunduk malu dan menyadari begitu bodohnya diriku. Mengulang kembali kesalahan yang sama. Mengabaikan suara dirimu sendiri. Tidak pernah mengutarakan apa maumu, apa yang membuatmu bahagia.

Hingga kaki ini tanpa kuperintah berbalik pada kolam itu. Kuceburkan tubuhku ke dasar kolam dan mendapatinya masih tertunduk. Kuraih tangannya hingga ia melihatku dengan mata warna biru langit malam itu. Ah,,, mata itu, kini aku benar-benar tenggelam karenanya. Ia menggenggam tanganku, memelukku erat. Apakah kami akan sama-sama tenggelam atau akan muncul kepermukaan setelah itu? Kami tidak mau tahu, yang jelas ia tidak akan kesepian, tidak akan sendirian lagi.

(25/3/2021)

[1] Le Petit Prince – Antoine De Saint-Exupery

Anak Laki-Laki Di Dasar Kolam

Tags
2 years ago

Kerja Profesional Menurut Gw

Bekerja semampu kita itu penting. Walau nggak ada yang melihat atau memperhatikan pekerjaan yang kita lakukan.

Kenapa bekerja semampu kita? Karena adakalanya semangat dan motivasi kerja kita lagi tinggi dan adakalanya turun, jadi jangan memaksakan diri. Bagi gw, mengakui batas kemampuan dan mau mengakui kondisi vulnerability kita itu sesuatu hal yang berani.

Kita punya tujuan menunaikan amanah dari tanggung jawab yang diberikan. Atas dasar itu, kita berharap semoga gaji yang diperoleh menjadi berkah buat dimakan keluarga kita.

28/02/2023


Tags
7 years ago

Echo

Your voice echo in the sky

Calling my name in such a lovely rhyme

Giving me so much joy

Blissful feeling

 Why it’s only in my dream alone?

Falling, crumble,

Facing cruel reality

A lame excuse to see you

In broad daylight

 Summer feeling when I falling hard for you

Keep my heart skip a beat

High blood rushing to my head to toe

Can you see?

How was my sweat running like flood?

Just for damn you

 How embarrassing it would be

Scared to loosing you

Even tough I’m nobody to you

Even tough you may not know me

    Jakarta, 19-11-2017


Tags
3 years ago

One Sided

@miakamiya

My eyes that following you like a shadow and slowly knows you better day by day. I became an expert observer of your life. Knowing your good and bad side, your angry face, your sad face, and of course your happy face too.

I'm always standing behind you like a fool because I hope that someday or even once, you'll turn around and see me. Even thought it just a glance, at least, you know that I'm exist.

But, your back that against me while you are smiling happily to the girl In front of you. Makes me realize that I'm just a loser even before the match started.

3/3/2022


Tags
5 years ago

Single or Jomblo?

Single Or Jomblo?

Sebenarnya apa sih bedanya single dan jomblo? Emang bener katanya single itu pilihan, jomblo itu nasib?

Tapi, persamaannya cuma sama-sama belum punya pasangan aja?

NB: Hai baru aktif nulis lagi. Niatnya mau bikin gerakan rajin menulis blog, “Go Blog”. Kuy daftarlah.... yang jomblo, eh single, eh apapun itu status kalian :)


Tags
3 years ago

Musim Semi di Wajahmu

Musim Semi Di Wajahmu

@miakamiya

Musim semi di wajahmu, kontras dengan dinding muram dan wajah-wajah pasai ruangan itu.

Matamu menaruh harapan dan memerangkapku untuk tetap tinggal.

Ruangan yang sama, 

Percakapan yang seirama.

Namun, kaulekas pergi; menaruh kursi.

Aku tergugu pada gelas kopimu yang hampir rengat.

Meski tersirat, aku paham betul kita hanya masa lalu yang perlu menutup pintu.

Aku berdiri pilu melihat punggungmu yang kian menjauh segenggam.

Tanpa saling mengucap nama dan salam perpisahan untukku.

Kini, persamaan kita hanya sebatas melihat senja pada jendela yang berbeda. 

Lampu-lampu kota perlahan lindap, bersamaan dengan suara langkah kakimu yang menghilang di ujung jalan. 

18/9/2021


Tags
4 years ago

Aroma Malam

Aku termangu dalam lautan bintang. Mereka yang terlelap, mereka yang mencumbu, mereka yang berburu binatang buas di hutan, mereka yang berteriak dari ujung peron, mereka yang lirih memuja Tuhannya. Pemuja malam yang tidak mengidolakan jabat tangan dengan orang asing, apalagi beramah tamah dengan musuh berselimut teman, atau rekan kerja mungkin? Kadang akrab, sering menikam dari belakang, tapi saling tersenyum kala jumpa. Menakjubkan. Sandiwara siaran langsung. Menatapnya, mendengarnya bicara, menganalisis mana perkataannya yang sesungguhnya. Aku bukan pemudi yang cekatan menebak ekspresi wajah. Namun, Psikologi mikroekspresi memang menarik dikaji.

Pemuja malam mengisi energi jiwa dengan berlama-lama menatap biru tua ke hitam pekatan, menyatu dengan dinginnya udara. Panas matahari berganti kala warna biru keungu-unguan menuruni celah awan. Perlahan, namun pasti, malam dalam genggaman. Ia menggapai pundak yang lelah. Ia memeluk jiwa yang lemah. Senyap dalam kegelapan yang teduh. Menangis pun tak ada yang tahu. Menggugu malam mengambil alih. Bernapas lega saat kaubuka jendela, dengan aroma malam membara (19/07/2020).


Tags
4 years ago

Tafakur

Tafakur

@miakamiya

Dalam ruangan sepetak ini menyadari besarnya arti diri. Peran kita di alam fana hingga tujuan hidup menjadi pertanyaan setiap malam. Kedua pertanyaan itu membuatku sulit tertidur, meski raga ini sudah lelah mencoba mencari jawabannya.

Manusia lahir memiliki perannya masing-masing. Menjadi sebab-akibat bagi manusia yang lain. Demi mengubah sifat dan karakter antara satu dan manusia lain.

Layaknya daun yang layu, kering dan jatuh ke tanah, maka tumbuh daun yang lainnya agar suatu pohon tetap hidup, tumbuh, dan berkembang mengeluarkan daun yang baru.

Harus ada yang menderita untuk nantinya dapat mengajarkan kepada manusia lain, mana yang baik dan mana yang benar. Harus ada yang menangis untuk bisa menyebarkan kebahagiaan kepada manusia lain. Harus ada yang ikhlas dan bersyukur untuk nantinya menerima ketentuan Ilahi. Apakah itu menjadi rakyat biasa, warga negara dari negara maju, atau terlahir dari negara perang berkecamuk atau miskin.

Akan tetapi, bagi yang tidak mampu memiliki rasa ikhlas dan syukur, manusia menggunakan segala cara hingga emosinya mengambil alih.

(4/2020)


Tags
1 year ago

Karakter yang (Kadang) Nyusahin

@miakamiya

Belakangan ini kepikiran, kenapa ya kok makin lama rasa capek dan migrain gw semakin menjadi-jadi kalo kelamaan berada di kerumunan atau ngobrol sama orang?

Apa karena bidang kerjaan gw yang secara enggak langsung dituntut ketemu dan kenalan dengan banyak orang, jadi kudu bersikap mudah dan banyak bicara dengan durasi lama yang bikin gw jadi semaput kehabisan energi? Atau karena rasa jenuh dan muak berkepanjangan bekerja di tempat yang sama jadi sumber penyebabnya?

Habis,,, makan sudah, tidur sudah, tapi energi gw enggak penuh-penuh juga. Paling menjengkelkan adalah otak dan ekspresi gw yang susah diajak kerja sama.

Ketika dengerin pembicara ngomong atau ketika ditugaskan pergi business trip yang kudu sekelompok sama orang baru, otak gw susah banget diajak responsifnya. Kayak burn out dan dia mogok mikir.

Kirain gara-gara ketemu orang baru doang reaksi otak dan badan gw kayak begitu. Tapi dengerin curhat atau berinteraksi lama dengan orang yang sudah gw kenal, respons otak gw juga sama.

Karena badan capek dan migrain, gw jadi bad mood, cemas, enggak rileks, semakin enggak ada kata-kata yang keluar dan itu tergambar dengan jelas di muka gw.

Kayaknya waktu sekolah enggak pernah seekstrem ini deh. Capek banget. Pengin tidur yang lama aja rasanya.

Lombok, 13/11/2023

Loading...
End of content
No more pages to load
  • clouwdie
    clouwdie liked this · 2 years ago
  • malamkontemplasi
    malamkontemplasi reblogged this · 3 years ago
malamkontemplasi - Malam Kontemplasi
Malam Kontemplasi

Ketika pertanyaan "kenapa" terus muncul menjelang tidur, di malam itulah kita sering berkontemplasi, meresapi makna hidup, sebab-akibat perbuatan antara manusia satu dan lainnya. Percaya tak percaya, hukum kausalitas membentuk benang koneksi yang tidak akan berhenti. Saling terjalin membentuk pola kehidupan yang begitu indah terbentang. Lambat laun waktu menjawab pertanyaanmu satu per satu.

20 posts

Explore Tumblr Blog
Search Through Tumblr Tags